Teori
Komunikasi adalah suatu pandangan dan strategi yang akan membentuk alat dan
rangka kerja untuk sesuatu perkara yang hendak dilaksanakan dalam proses
komunikasi, teori ini akan membentuk kaidah komunikasi yang hendak dibuat.
Mengolah ketidakpstian dan kecemasan ini dilihat dalam situasi berbeda yaitu
budaya konteks tinggi atau budaya konteks rendah. Budaya konteks tinggi (high context cultures) yaitu budaya yang
mengandalkan tanda-tanda dan informasi nonverbal mengenai latar belakang
seorang untuk mengurangi ketidakpastian. Budaya konteks rendah yaitu budaya
yang langsung mengajukan pertanyaan kepada orang bersangkutan mengenai
pengalaman, sikap, dan kepercayaannya.
Kecemasan
dan ketidakpastian biasanya timbul karena susahnya individu tersebut untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Kecemasan dan ketidakpastian dikenal juga
sebagai Communication Apprehension (CA).
Communication Apprehension (CA)
mengacu pada kondisi yang membuat individu cenderung mengalami kecemasan saat
berkomunikasi dengan orang lain.
Teori
mengolah kecemasan dan ketidakpastian juga dikaitakan dan disebut sebagai teori
komunikasi antar budaya oleh sebab itu
pada pembahasan ini saya membahas mengenai kecemasan dan ketidakpastian
Mahasiswa asal daerah yang menetap di kota.
Kecemasan
dan ketidakpastian yang dialami mahasiswa dari luar kota/daerah dapat
digambarkan pada table berikut :
Masalah Mahasiswa dari luar kota
|
Penyebab kecemasan
|
Penyebab Ketidakpastian
|
Masalah
1
|
Perbedaan
gaya hidup dan kebiasaan
|
Menyamakan
kondisi dan situasi dilingkungan baru dengan kondisi di daerah asal
|
Masalah
2
|
Perbedaan
gaya hidup, kebiasaan, dan bahasa
|
Kurangnya
pengetahuan tentang kondisi dan situasi dilingkungan baru
|
Masalah
3
|
Perbedaan
gaya hidup dan kebiasaan
|
Perbedaan
antara kondisi dan situasi yang diharapkan dengan kenyataan yang ditemukan
|
Perbedaan
kebiasaan dalam lingkungan lebih dominan dalam penyebab dari kecemasan
mahasiswa yang berasal dari luar daerah. Hal ini disebabkan karena pada umumnya
individu yang berasal dari daerah terbiasa dengan lingkungan sosial yang
kekeluargaan. Kekeluargaan ini terlihat dalam prilaku masyarakat seperti saling
menyapa, saling tolong menolong tanpa pamrih, dan saling berbagi. Akan tetapi
biasanya kondisi seperti ini tidak ditemukan atau jarang dilingkungan
masyarakat perkotaan.
Ketidakpastian merupakan
ketidakmampuan seorang untuk memprediksi atau menjelaskan prilaku, perasaan,
sikap, dan nilai-nilai. Sedangkan kecemasan merujuk pada perasaan gelisah,
tegang, khawatir, dan cemas terhadap sesuatu yang akan terjadi. Mengurangi
ketidakpastian dan kecemasan adalah dengan cara mencari, mengumpulkan, dan
mencoba memahami informasi. Pencarian informasi ini dapat dilakukan dengan tiga
strategi atau cara yaitu, strategi pasif, strategi aktif, dan strategi
interaktif.
Perbedaan
mendasar dari pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian antara individu yang
berasal dari budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah tampak dari tahap
awal interraksi. Individu yang berasal dari konteks budaya tinggi tidak terlalu
mempehatikan isi dari pesan verbal yang disampaikan lawan bicaranya, ia hanya
focus pada bagaimana lawan bicara nya terdebut berinteraksi. Sedangkan individu
yang berasal dari budaya konteks rendah lebih berhati-hati dalam melakukan
pendekatan dan interaksi dengan lawan bicaranya yang berasal dari lingkungan
barunya tersebut.
Setiap orang pasti mengalami
kecemasan dan ketidakpastian dalam berkomunikasi, terlebih saat berkomunikasi
dengan orang atau lingkungan yang baru ia kenal.ini disebabkan oleh perbedaan
budaya, tata cara, serta kebiasaan dari lingkungan individu tersebut dan di
tambah dengan minim nya informasi yang kita ketahui. “informasi sangatlah
penting dalam kehidupan sosial kita, karena jika mempunyai sedikit informasi
komunikasi kita akan terganggu dengan rasa kecemasan dan ketidakpastian”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar