The Dreamer


counters

Kamis, 07 Juli 2016

Cintai Allah, Baru Cintai Makhluk nya


Apa Itu Cinta ???
           Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut. Cinta adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda lainnya.. Namun sebenarmya cinta secara umum tidak bisa dijelaskan secara merinci hal ini kaena sangat luas dan banyak pengertian serta kehadiran atau datangnya cinta yang tidak diketahui secara pasti bagaimana ia bisa ada dalam diri setiap individu.
            Sementara Cinta  secara bahasa adalah suka sekali dan senang sekali. Cinta secara istilah ialah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan apapun, dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridho Allah.
Dalam Islam, kasih sayang adalah identitas dan asas iman. Hal itu merupakan bukti pengaruh agama terhadap hati nurani, seperti halnya ia juga merupakan kesaksian jiwa manusia yang menurut term (istilah) Islam belum akan diakui beragama bila ia tidak memiliki perasaan kasih sayang. Artinya disini sudah jelas bahwa kasih sayang dan rasa cinta tercipta karena tuntutan agama atau anjuran dalam hidup beragama. Sehingga dapat dijelaskan dengan bahasa sederhana rasa cinta atau kasih sayang dalam islam merupakan salah satu bentuk atau identitas keimanan seorang hamba terhadap Tuhan nya yaitu Allah swt.
Dalam kehiupan sehari-hari di masyarakat kita biasanya rasa cinta atau kasih sayang merupakan tolak ukur dalam tingkat kedewasaan seseorang. Namun, sebenanarnya tingkat kedewasaan bukan hanya diukur dari  pengalaman, kemapanan, ataupun tua muda nya usia. Kedewasaan lebih tepat mengarah kepada masalah kualitas atau cara dan proses kita dalam berfikir, berkata, dan berprilaku apakah sesuia dengan syariat islam dan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits.
Penjelasan Cinta didalam Al-Qur’an
  1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
  2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
  3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
  4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
  5. Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma – norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).
  6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)
  7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi
  8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)
Cinta kepada Allah

                Dalam kehidupan atau realita zaman sekarang ini banyak sekali diantara kita yang sangat mencintai atau menyayangi harta benda serta kekasih kita sehingga lupa untuk mencintai yang menciptakan dan memberikan segalanya dalam kehidupan nya yaitu sang maha pencipta Allah swt.  Kita hanya menuruti perintah orang yang kita sayang namun lupa dengan perintah yang telah menjadi kewajiban, kebuttuhan, dan tanggung jawab nya sebagai seorang muslim.
            Sebagai manifestasi dari kesadaran sebagai makhluk Allah, manusia berusaha untuk selalu mengadakan hubungan baik dengan Allah, berupa hubungan ritual (ibadah) dengan-Nya. Dalam sistim ritus ini, seseorang pemeluk agama merasa yakin bahwa dengan selalu mengadakan hubungan baik dengan Tuhan, maka hidupnya akan baik. Dengan kata lain, bahagia tidaknya hidup seseorang adalah tergantung kepada hubungan baik tidaknya terhadap Allah.   
Cinta kepada Allah adalah cinta makhluk atau hamba kepada Khalik (Penciptanya), dengan jalan mengakui tanpa ragu akan kebesaran-Nya, dan mematuhi segala perintah-Nya.  apa-apa yang dilarang-Nya dihindari. Cinta terhadap Allah ini tidak bisa terlepas dari yang disebut sebagai akhlak, keimanan, dan tauhid.
Adapun alasan mengapa kita harus mencintai Allah swt ;
  1. Karena Allah SWT berkata tentang orang-orang yang dicintai-Nya : “Katakanlah : “JIka kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. “Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali-Imran [3]:31)
  2. Karena Allah SWT yang telah menciptakan kita semua dari tidak ada, lalu Dia menyempurnakan penciptaan kita dan memberikan anugerah dengan berbagai keutamaan melebihi orang-orang yang diberi keutamaan, di antaranya dengan kenikmatan Islam. Allah SWT pun memberikan reziki yang teramat banyak kepada kita tanpa kita meminta-Nya dan Dialah yang memiliki surga sebagai balasan  amal-amal, sebagai pemberian dan keutamaan, ini merupakan keutamaan yang awal dan akhir.
  3. Rasulullah SAW berdoa agar mencintai Allah SWT. Dan beliau SAW adalah teladan kita, jika demikian halnya maka kitapun harus mencari cinta Allah SWT sebagai wujud itibak dan peneladanan kita kepada beliau SAW : “Ya Allah, aku memohon cinta-Mu dan cinta orang yang mencintai-Mu dan cinta terhadap amalan yang akan mendekatkanku kepada cinta-Mu”. HR. Al-Tirmidzi.
Selain itu juga terdapat surat yang menjelaskan atau menganjurkan kita sebagai hamba Allah untuk selalu mengingat Allah.
"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi." [Al-Munaafiqun: 9]

Larangan Mencintai Melebihi Cinta Kepada Allah
Telah kita ketahui bersama tentang cinta yang merupakan tabiat manusia, yang Allah SWT jelaskan dalam QS. An Nisa [4] : 14, dan hal tersebut dibolehkan oleh-Nya namun hal itu disyaratkan apabila cinta tersebut tidak sampai melebihi cinta kepada Allah. Apabila ia lebih mengutamakan cinta tabiat dari pada cinta Allah maka hal ini terlarang. Allah SWT berfirman : “Katakanlah : “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, Istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawitiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.
Ayat di atas menunjukkan kecintaan kepada mereka itu boleh dalam batasan tertentu, dan hal itu bukan cinta ibadah. Namun, jika hal tersebut melebihi cintanya kepada Allah maka hal itu akan menjadi sebab mendapatkan siksa. Dari sini kita mengetahui seseorang yang meremehkan perintah-perintah Allah dan mengutamakan perintah orang tuanya, hal ini menunjukkan kecintaannya kepada mereka jauh lebih besar dari pada cinta nya kepada Allah swt.
Sesungguhnya setiap orang yang beriman mendambakan cinta Allah dan banyak di antara umat Rasulullah SAW yang mengaku cinta kepada Allah SWT. Cara untuk mendapatkan cinta Allah telah kami paparkan dengan uraian yang singkat di atas, di antaranya dengan itibak (mengikuti) Rasulullah SAW dan memperbanyak amal-amal sunnah. Barang siapa diantara kita besar itibaknya kepada Rasulullah SAW  dan banyak melakukan amalan-amalan sunnah maka cinta Allah akan didapatnya. Semoga sedikit penjelasan ini bermanfaat untuk memperoleh cinta Allah SWT.
Cara Mencintai Allah SWT
            Setia hamba Allah yang beriman pasti menginginkan cinta Allah kepada dirinya. Untuk mendapatkan kasih sayang atau cinta Allah seharusnya kita sangat lah mesti untuk mencintai Allah swt. Berikut cara mencintai dan mendapatkan cintanya Allah yang disebutkan oleh  Ibnul Qayyim :
Pertama, membaca Al Qur’an dengan merenungi dan memahami maknanya. Hal ini bisa dilakukan sebagaimana seseorang memahami sebuah buku yaitu dia menghafal dan harus mendapat penjelasan terhadap isi buku tersebut. Ini semua dilakukan untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh si penulis buku.
Kedua,  mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan ibadah yang sunnah, setelah mengerjakan ibadah yang wajib.  Dengan inilah seseorang akan mencapai tingkat yang lebih mulia yaitu menjadi orang yang mendapatkan kecintaan Allah dan bukan hanya sekedar menjadi seorang pecinta.
Ketiga,  terus-menerus mengingat Allah dalam setiap keadaan, baik dengan hati dan lisan atau dengan amalan dan keadaan dirinya. Ingatlah, kecintaan pada Allah akan diperoleh sekadar dengan keadaan dzikir kepada-Nya.
Keempat,   lebih mendahulukan kecintaan pada Allah daripada kecintaan pada dirinya sendiri ketika dia dikuasai hawa nafsunya. Begitu pula dia selalu ingin meningkatkan kecintaan kepada-Nya, walaupun harus menempuh berbagai kesulitan.
Kelima,  merenungi, memperhatikan dan mengenal kebesaran nama dan sifat Allah. Begitu pula hatinya selalu berusaha memikirkan nama dan sifat Allah tersebut berulang kali. Barangsiapa mengenal Allah dengan benar melalui nama, sifat dan perbuatan-Nya, maka dia pasti mencintai Allah. Oleh karena itu, mu’athilah,  fir’auniyah, jahmiyah (yang kesemuanya keliru dalam memahami nama dan sifat Allah), jalan mereka dalam mengenal Allah telah terputus (karena mereka menolak nama dan sifat Allah tersebut).
Keenam, memperhatikan kebaikan, nikmat dan karunia Allah yang telah Dia berikan kepada kita, baik nikmat lahir maupun batin. Inilah faktor yang mendorong untuk mencintai-Nya.
Ketujuh, -inilah yang begitu istimewa- yaitu menghadirkan hati secara keseluruhan tatkala melakukan ketaatan kepada Allah dengan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya.
Kedelapan, menyendiri dengan Allah di saat Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir untuk beribadah dan bermunajat kepada-Nya serta membaca kalam-Nya (Al Qur’an). Kemudian mengakhirinya dengan istighfar dan taubat kepada-Nya.
Kesembilan, duduk bersama orang-orang yang mencintai Allah dan bersama para shidiqin. Kemudian memetik perkataan mereka yang seperti buah yang begitu nikmat. Kemudian  dia pun tidaklah mengeluarkan kata-kata kecuali apabila jelas maslahatnya dan diketahui bahwa dengan perkataan tersebut akan menambah kemanfaatan baginya dan juga bagi orang lain.
Kesepuluh, menjauhi segala sebab yang dapat mengahalangi antara dirinya dan Allah Ta’ala. Semoga kita senantiasa mendapatkan kecintaan Allah, itulah yang seharusnya dicari setiap hamba dalam setiap detak jantung dan setiap nafasnya. Ibnul Qayyim mengatakan bahwa kunci untuk mendapatkan itu semua adalah dengan mempersiapkan jiwa (hati) dan membuka mata hati
Mencintai Mahkluk Allah Karena Allah
            Siapa didunia ini yang tidak mempunyai rasa kasih sayang baik itu terhadap diri sendiri, kekuasaan, dan pasangan. Pasangan artinya kita cinta yang terjalin antara laki-laki dan prempuan. Secara   syariat islam cinta antara laki-laki dan prempuan tidak bisa dilepaskan dari cinta kedua nya terhadap Allah swt, Karena dalam ajaran Islam, cinta terhadap Tuhan yaitu terhadap Allah SWT, juga berarti cinta terhadap sesama manusia sebagai ciptaan-Nya. Karena hal ini berkaitan dengan yang namanya akhlak.
 
            Rasa cinta terhadap sesama manusia tidak bisa lepas dari kemanusiaan. Pandangan Islam menyatakan, bahwa kemanusiaan itu merupakan satu kesatuan, berbeda-beda bagiannya untuk membentuk satu masyarakat, berjenis-jenis dalam keserasian, dan berlainan pendapat untuk saling melengkapi satu sama lain dalam mencapai tujuan, supaya dengan begitu ia cocok pula untuk saling melengkapi dengan alam, untuk membentuk wujud yang satu pula. Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu sekalian saling mengenal. Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu sekalian  di sisi Allah ialah orang-orang yang paling takwa di antara kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. ( Q.S. Al-Hujurat: 13).

            Dalam islam cinta antara laki- laki dan prempuan adalah cinta yang dilandasi ketaqwaan terhada Allah swt dengan mengerjakan segala perintah nya dan menjauhi atau tidak mengerjakan segalah larangannya.termasuk perzinaan yang telah marak terjadi dalam siklus kehidupan kita sekarang , “nauzubillah summa’ nauzubillah”
Cinta (love) yang tidak dilandasi rasa ketaqwaan kepada Allah, akan memunculkan cinta buta. Sebagaimana yang sering dikatakan orang “ Love is blind (cinta adalah buta)”. Adapun yang membuat cinta itu buta adalah jika kita mencintai seseorang karena hal-hal yang duniawi, karena harta, tahta/kedudukan/jabatan, ketampanan/kecantikan dan yang sejenisnya. Cinta macam ini hanya bisa bertahan jika penyebabnya masih ada. Jika seseorang mencintai dikarenakan ketampanan/kecantikannya, maka, bagaimanakah jika Orang tersebut tidak lagi tampan/cantik Sebaliknya, cinta itu tidak buta, alias melek (melihat), jika dilandasi iman dan rasa taqwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu, jika kita ingin memiliki cinta yang murni, tulus, dan abadi dari seseorang, tentu kita memerlukan penyebab yang membuatnya demikian. Dalam suatu hadits dikatakan, bahwa seseorang laki-laki menikahi seorang perempuan itu karena empat hal, yaitu: (1) karena kecantikannya, (2) karena kekayaannya, (3) karena keturunannya, dan (4) karena ketaqwaannya. Maka ambillah yang keempat, yaitu karena ketaqwaannya, karena, itu akan menjamin hidupnya Jika hadits di atas dikaitkan dengan cinta, maka, jika kamu ingin mencari cinta yang abadi, cintailah seseorang dikarenakan keimanannya.
Bagaimana Mencintai karena Allah Itu
            Islam sangat menganjurkan kepada hambanya untuk saling menyayangi karena hal ini merupakan bentuk dari keimanan seorang hamba terhada Allah swt. Namun cinta dan kasih sayang yang seperti apa yang di anjurkan ileh islam ? kita dapat mengetauhi hal tersebut dari buku ini, disini akan di bahas bagiamana kah cintah karena Allah itu ..
1. Tidak Terobsesi untuk Memiliki
Orang yang mencintai seseorang karena Allah maka dia tidak akan terobsesi untuk menjadikan orang yang dicintainya menjadi miliknya. Kenapa bisa begitu? Ya, karena kalau dia cinta karena Allah, dia tahu dengan pasti bahwa makhluk ciptaan Allah adalah milik Allah sepenuhnya.
Jadi Kalau seseorang terobsesi untuk memiliki orang yang dicintainya, maka kemungkinan itu adalah cinta karena nafsu. Jadi, hati-hati mengungkapkan perasaan cinta kalian pada seseorang dengan nama cinta karena Allah.
Tidak terobsesi juga berarti bahwa kalian siap untuk kehilangan orang yang kalian cintai itu. Kalau kalian sangat takut kehilangan seseorang (sekalipun orangtua) sampai kalian berasa tidak akan bisa bertahan hidup karenanya, maka mungkin cinta kalian belum karena Allah.
2. Tidak Berharap Menerima Balasan
Seseorang yang mencintai orang lain karena Allah, maka dia tidak mengharapkan balasan apapun dari orang yang dicintainya. Kalau seandainya kalian merasa sudah mencintai teman kalian karena Allah, coba dilihat lagi apa kalian sudah ikhlas dengan kebaikan yang kalian lakukan padanya atau belum?
Kalau kita masih berharap dan merasa suatu saat bisa menuntut kebaikan yang sudah kalian berikan ke teman kalian, maka mungkin saja kalian belum mencintainya karena Allah. Jadi, kita harus belajar untuk tidak sakit hati kalau seandainya teman kita yang sering kita bantu pada suatu saat nanti tidak bisa membantu kita. Mungkin itu adalah ujian untuk menguji apakah kita benar-benar mencintainya karena Alah atau hanya karena mengharap balasan.
3. Selalu Mengharap Kebaikan untuk Orang yang Kita Cintai
Ingat cerita Rasulullah yang selalu dicaci maki oleh seorang kafir Quraisy tiap hari? Dan akhirnya, justru beliaulah yang pertama kali datang menjenguk orang tersebut saat sakit. Atau nggak usah jauh-jauh, apa kita sendiri pernah mendoa’akan kebaikan untuk orang yang sudah menyakiti kita? Mendo’akan secar tulus tentunya. Pasti sulit, bukan? Tapi kalau kita bisa melakukan itu, selalu mengharapkan yang terbaik untuk saudara-saudara kita (dengan apapun keburukan dan kebaikan yang pernah mereka lakukan), maka mungkin kita sudah termasuk orang yang mencintai seseorang karena Allah.
Susah untuk dilogika memang, bagaimana mungkin seseorang yang tidak saling kenal tapi karena mereka satu aqidah maka diibaratkan satu tubuh. Kesulitan orang tersebut jadi kesulitan kita juga, kebahagiannya jadi kebahagiaan kita juga. Tapi begitulah indahnya Islam, sebuah ikatan aqidah yang menyatukan kita dalam ukhuwah islamiyyah. Bahkan ikatan aqidah itu lebih kuat daripada ikatan darah.
Nah jika kalian merasa sudah memenuhi 3 kriteria diatas, jangan tunggu lama-lama lagi untuk mengungkapkannya. Karena perrnah suatu hari Rasulullah sedang bersama dengan sahabatnya, kemudian ada seorang sahabat lain yang lewat didepan mereka. Sahabat yang tadi duduk dengan Rasulullah mengatakan bahwa “Ya Rasul, aku mencintai orang tadi karena Allah”, kemudian Rasulullah berkata “Kalau memang benar maka temuilah ia sekarang dan katakan bahwa engkau mencintainya karena Allah”.
Jadi  mengungkapkan rasa cinta kita itu memang perlu, tapi yang harus digaris bawahi bahwa perasaan tersebut hendaknya kita katakan untuk yang masih tergolong mahram kita saja. Jadi, jangan bawa-bawa nama Allah kalau mau “nembak” cewek atau cowok buat pacaran.
Dari Anas bin Malik ra berkata: Nabi Muhammad saw bersabda: “Seseorang tidak akan pernah mendapatkan manisnya iman sehingga ia mencintai seseorang, tidak mencintainya kecuali karena Allah; sehingga ia dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan darinya; dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya.” (Imam Al Bukhari).
Hadits ini memang ditujukan bagi kita yang mau merasakan manisnya iman. Bukan “manisnya” pelampiasan hawa nafsu. Oleh karena itu, dalam mencintai seseorang (istri, suami, anak, orang tua, dan sebagainya) harus karena Allah seperti yang dikatakan Rasulullah saw dalam hadits diatas: “tidak mencintainya kecuali karena Allah
Cara Mencintai Mahkluk Allah                                                                 
“Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya,” (Imam Syafi’i).
Apakah kita sungguh yakin bahwa dialah jodoh kita? Jodoh itu mungkin saja teman kita, atau orang yang baru saja kita temui di suatu tempat, atau seseorang yang dulunya kita ikhlaskan. Jodoh itu bisa saja orang tua atau wali kita yang mencarikan, atau teman kita yang menjodohkan. Bagaimana pun juga, jodoh itu bukan hanya perihal cinta, tetapi juga tentang rencana Allah kepada kita. Bukan cinta yang pada akhirnya membuat kita berjodoh dengan seseorang, tetapi Allah-lah yang menjodohkan. Tentunya, semua telah tertulis dalam Lauful Mahfuzh. Jadi, janganlah kita mencintai seseorang melebihi cinta kita kepada Allah. Cukuplah cinta dalam diam dan serahkan sepenuhnya kepada Allah. Setelah usaha cinta dalam diam ini yang bisa kita lakukan ialah mengikhlaskan semuanya kembali kepada Allah.
Dalam proses mengikhlaskan sembari terus berusaha menjadi seorang muslim/muslimah yang baik, tetap berdoalah kepada Allah yang mengetahui rasa cinta yang dirasakan. “Ya Allah, ampuni aku karena sampai detik ini aku masih menyimpan sebuah rasa cinta kepada salah satu hamba-Mu yang jauh di sana. Ya Allah, jika memang rasa cinta ini membuatku jauh dari-Mu, maka hilangkanlah. Kumohon pertemukan aku dengan orang yang mencintai-Mu di atas segalanya, yang mencintaiku karena-Mu dan yang kucintai karena-Mu. Namun, jika memang rasa cinta ini membuatku mendekat kepada-Mu dan dialah yang Kau tetapkan sebagai jodohku, maka pertemukanlah kami di waktu yang tepat. Di saat kami telah siap, pertemukan kami dalam kesucian cinta-Mu.”
Mencintalah dengan bijak. Tak perlu terlalu berharap terhadap cinta yang dirasa, cukuplah cinta dalam diam. Berdoalah pada Yang Maha Kuasa atas segala pilihan terbaik-Nya. Semoga kita akan mendapatkan pilihan yang benar-benar terbaik dan menjadi pendamping dunia dan akhirat.
Allah juga elah berfirman perihal jodoh manusia yang terdapat dalam firman nya berikut ;
"Dan sebagian dari dari tanda-tanda kebesaran Nya adalah Dia menciptakan pasangan–pasangan bagi kalian dari jenis kalian, agar kalian merasa tenang pada pasangan kalian           
dan Dia menjadikan diantara kalian rasa kasih sayang dan cinta. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir." (QS. Ar-Ruum: 21)

 
DAFTAR PUSTAKA

iQur’an/Ar-Ruum/ayat21
iQur’an/Al-Hujurat/ayat13
iQur’an/An-Nisa/ayat14
iQur’an/Al-Ankabut/ayat5
dan Hadits
https://id.wikipedia.org/wiki/Cinta di akses pada 27 mei 2016

1 komentar:

  1. How much is Titanium worth? - ITALIAN.ART
    This is a babyliss pro titanium hair dryer full text for titanium eyeglasses Titanium Credit Card (and other credit trekz titanium headphones cards) issued by the chi titanium flat iron Gambling Commission. As you'd expect, pure titanium earrings the most common credit

    BalasHapus