BAB I
Pendahuluan
I.2 Latar Belakang
Penulisan makalah ini dilatar
belakangi sebagai tugas Ujian Tengah Semester dari mata kuliah Teori Komunikasi, merupakan suatu kewajiban
mahasiswa untuk menerima dan mengerjakan tugas dari dosen yang mengampuh mata
kuiah nya masing-masing. Dan pada mata kuliah Teori Komunikasi yang di ampuh
oleh Ibu Sumarni Bayu Anita S.Sos, MA ini mahasiswa di berikan tugas untuk
menganalisa salah satu teori komunikasi yang ada pada buku Morissan yang
kemudian dikaitakan pada objek penelitiannya.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari komunikasi. Dimana pun dan
kapanpun kita memerlukan komunikasi, baik itu
komunikasi secara verbal, non verbal, langsung, tak langsung, dengan orang
banyak atau dengan satu orang, dengan diri sendiri pun kita bisa dikatakan
berkomunikasi. Dalam kehidupan kita pasti bertemu dengan sesuatu yang baru,
contohnya saja orang yang baru kita kenal, ataupun suatu perkumpulan, dan
lingkungan masyarakat beserta budaya yang mereka miliki. Dalam melakukan
komunikasi dengan lingkungan yang baru, terkadang kita merasakan ketidak
nyamanan, merasa canggung, kecemasan, dan ketidak pastian dalam berkomunikasi
serta bertindak. Hal ini la yang akan dibahas pada analisa ini yaitu Teori
Mengelolah Kecemasan dan Ketidakpastian yang akan dikaitkan dengan suatu
objek/permasalahan yang terjadi.
Sangat banyak tokoh-tokoh dalam ilmu
komunikasi yang meneliti mengenai teori komunikasi hal ini terlihat dengan
banyaknya teori-teori yanh ditemukan. Hal ini dikarenakan ilmu komunikasi merupakan
ilmu yang Multidisiplin yaitu ilmu yang berkaitan dengan ilmu-ilmu yang lain.
Hal ini dapat dilihat dengan banyak nya bermunculan tokoh-tokoh komunikasi yang
berasal dari disiplin ilmu lain, seperti dari psikologi, sosial/masyarakat,
politik, statistika, dan disiplin ilmu lainnya.
Dalam buku Morissan saja sangat banyak teori yang
bisa dipelajari yang terbagi atas lima level komunikasi. Mulai dari level
individu hingga komunikasi massa. Tentunya teori-teori tersebut merupakan teori
yang telah dibuktikan dan di teliti oleh tokoh-tokoh dalam ilmu komunikasi yang
berasal dari disiplin ilmu lain.
Saya pun menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan sehingg kritik dan saran yang membangun
sangat saya harapkan. Untuk perbaikan saya kedepannya. Dan semoga tulisan ini
dapat bermanfaat baik untuk diri saya sendiri selaku penulis sekaligus
pengarang maupun untuk yang mebacanya.
I.2 Rumusan Masalah
Perumusan Masalah pada
analisa ini yaitu ;
1. Pengertian
Teori Komunikasi
2. Pengertian
Teori mengolah kecemasan dan ketidakpastian
3. Kecemasan
dan ketidakpastian mahasiswa dari luar kota
4. Bagaimana Penerapan objek atau kaitannya dengan teori
mengolah kecemasan dan ketidakpastian
5. Konklusi
teori mengolah kecemasan dan ketidakpastian terhadap objek penelitian
I.3 Tujuan
Penulisan makalah dan
analisa ini dilakukan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah
Teori Komunikasi, selain itu analisa dan penulisan dilakukan untuk menambah pemahaman
dan wawasan mengenai Teori Komunikasi khususnya Teori mengolah kecemasan dan
ketidak pastian yang terdapat pada bab 5 dalam buku Morissan.
Berbeda nya budaya antara orang yang
hidup di daerah dengan orang yang menetap dikota membuat saya tertarik untuk
mengetahui dan memahami nya dalam sebuah teori komunikasi, kecemasan mahasiswa
yang berasal dari daerah dengan
kaitannya dalam teori komunikasi akan dibahas lebih detail dalam makalah ini.
BAB II
Teori Komunikasi
Teori
Komunikasi adalah suatu pandangan dan strategi yang akan membentuk alat dan
rangka kerja untuk sesuatu perkara yang hendak dilaksanakan dalam proses
komunikasi, teori ini akan membentuk kaidah komunikasi yang hendak dibuat.
Sangat banyak teori komunikasi yang telah ditemukan dan di teliti oleh para ilmuan atau tokoh-tokoh
dari komunikasi maupun dari disiplin ilmu lain.
Teori Komunikasi mengelolah kecemasan dan
ketidakpastian dikembangkan oleh William Gudykunst secara signifikan dengan
melihat bagaimana ketidakpastian dan kecemasan dalam situasi berbeda.
Perbedaaan ini dilihat dari asal budaya seorang, apakah seorang itu berasal
dari budaya konteks tinggi atau budaya konteks rendah.
Budaya konteks tinggi (high context cultures) yaitu budaya yang mengandalkan tanda-tanda
dan informasi nonverbal mengenai latar belakang seorang untuk mengurangi
ketidakpastian. Budaya konteks rendah yaitu budaya yang langsung mengajukan
pertanyaan kepada orang bersangkutan mengenai pengalaman, sikap, dan
kepercayaannya.
Setiap orang memiliki level yang berbeda dalam
menangani ketidakpastian dan kecemasan. Jika level ketidakpastian anda
melampaui batas atas yang dimiliki, maka kepercayaan anda akan berkurang, dan
jika level kecemasan anda terlalu tinggi, maka akan menghindari komunikasi sama
sekali. Dalam hal ini terdapat pula batas bawah, jika ketidakpastian dan
kecemasan anda lebih rendah dari batas bawah maka motivasi anda untuk
berkomunikasi juga akan hilang.
Dengan demikian level ketidakpastian dan kecemasan
yang ideal bagi situasi komunikasi antar budaya terletak diantara ambang batas
dan ambang bawah, yang akan memotivasi seorang untuk berkomunikasi sehingga ia
akan menggunakan strategi pengurangan ketidakpastian.
BAB III
Pembahasan
III. 1 Objek Penelitian
Lahir dan tinggal jauh
dari perkotaan merupakan pilihan hidup manusia khususnya masyarakat di
Indonesia yang sangat luas wilayah nya dan sangat pesat pertumbuhan penduduk
nya. Gaya hidup, norma, pola fikir, serta budaya pastilah berbeda dengan hidup
di kota, apalagi kota tersebut kota besar, kota internasional, kota
metropolitan, dan sebutan lain dari kota
besar di Indonesia.
Perbedaan tersebut tidak lantas membuat semua orang
yang berasal dari daerah merasa aneh, kaget, ataupun merasa tidak nyaman saat
seorang yang berasal dari daerah pertama kali tinggal dikota dan mengetahui
serta memahami prilaku masyarakat kota. Hal seperti ini tidak hanya dialami
oleh orang yang berasal dari daerah saja, biasanya juga dialami oleh seorang
yang berasal dari kota, tapi hal seperti ini di pengaruhi oleh pengetahuan dan
kondisi psikologi atau jiwa individu masing-masing sehingga tidak semua
individu seperti itu.
Sangat banyak mahasiswa yang berasal dari daerah
yang kemudian mengharuskan mereka untuk tinggal dan hidup jauh dari daerah
asalnya, daerah dimana mereka dilahirkan, tumbuh besar, dan membentuk jiwa dan
kepribadiannya lewat budaya atau kebiasaan daerahnya yang berbeda dari masyarak
perkotaan, hal seperti inila yang biasa membuat beberapa orang atau mahasiswa
berat untuk tinggal dikota, kebiasaan masyarakat daerah nya selalu menghantui
mereka.
Kecemasan dan ketidakpastian biasanya timbul karena
susahnya individu tersebut untuk beradaptasi dengan lingkungan. Baik itu
lingkungan masyarakat nya maupun lingkungan di kampusnya, tetntunya ini dapat
mempengaruhi kefokusan individu tersebut dalam menerima ilmu, memahami mata
kuliah, serta sosialisasi dirinya terhadap lingkungannya.
III.2 Analisis Teori
Terhadap Objek
III.2.1 Kecemasan dan Ketidakpastian Mahasiswa Asal
Daerah
Dalam
berinteraksi, setiap orang mengalami kecemasan dan ketidakpastian dalam diri yang
dapat mempengaruhi kelanjutan hubungan antar individu. Kecemasan dan
ketidakpastian inii disebabkan oleh berbagai factor diantaranya kurangnya
pengetahuan akan situasi lingkungan barunya dan perbedaan budaya. Kecemasan dan
ketidakpastian dikenal juga sebagai Communication
Apprehension (CA). Communication
Apprehension (CA) mengacu pada kondisi yang membuat individu cenderung
mengalami kecemasan saat berkomunikasi dengan orang lain.
Mahasiswa asal daerah yang pertama kali tinggal di
perkotaan terkadang sulit beradaptasi dengan lingkungannya jika individu
tersebut masih sangat berketergantungan dan tidak bisa mengontrol dirinya untuk
bersosialisasi terhadap lingkugan. Individu yang seperti ini biasanya terlihat
tertutup walaupun sebenernya dia sangat ingin bersosialisasi namun ketika dia
merasa ketidak nyamanan dalam lingkungannya dia hanya memilih diam.
Teori mengolah kecemasan dan
ketidakpastian juga dikaitakan dan disebut sebagai teori komunikasi antar
budaya oleh sebab itu pada pembahasan
ini saya membahas mengenai kecemasan dan ketidakpastian Mahasiswa asal daerah
yang menetap di kota.
Perbedaan budaya biasanya membuat individu terasa
tidak nyaman dalam menjalani hidupnya di tempatnya yang baru, ketidaknyamanan
menimbulkan terhambatnya proses sosialisasi diri yang sebenarnya sangat penting
bagi seorang ketika menempati suatu tempat yang baru, terhambatnya sosialisasi akibat
dari rasa kecemasan dan ketidak pastian dari diri individu seorang dan rasa
kecemasan serta ketidak pastian inila yang menjadi penyebab dari kegagalan
komunikasi pada situasi antar individu tersebut dengan lingkungannya.
Individu yang berasal dari daerah biasanya pola
fikir, kebiasaan, dan pandangannya terhadap lingkungan masih sangat dipengaruhi
oleh kebudayaan dari daerahnya. pemikiran tersebut membuat tingkah laku nya di
lingkungan yang baru biasanya mengalami kecemasan dan ketidakpastian dalam
bertindak dan berkomunikasi. Hal ini
membuat seorang individu tersebut mendapat kesulitan untuk berkomunikasi
terhadap lingkungannya, terlebih dengan orang-orang yang tidak memahami nya.
Kecemasan dan ketidakpastian yang dialami mahasiswa
dari luar kota/daerah dapat digambarkan pada table berikut :
Masalah Mahasiswa
dari luar kota
|
Penyebab kecemasan
|
Penyebab
Ketidakpastian
|
Masalah
1
|
Perbedaan
gaya hidup dan kebiasaan
|
Menyamakan
kondisi dan situasi dilingkungan baru dengan kondisi di daerah asal
|
Masalah
2
|
Perbedaan
gaya hidup, kebiasaan, dan bahasa
|
Kurangnya
pengetahuan tentang kondisi dan situasi dilingkungan baru
|
Masalah
3
|
Perbedaan
gaya hidup dan kebiasaan
|
Perbedaan
antara kondisi dan situasi yang diharapkan dengan kenyataan yang ditemukan
|
Perbedaan kebiasaan dalam lingkungan lebih dominan
dalam penyebab dari kecemasan mahasiswa yang berasal dari luar daerah. Hal ini
disebabkan karena pada umumnya individu yang berasal dari daerah terbiasa
dengan lingkungan sosial yang kekeluargaan. Kekeluargaan ini terlihat dalam
prilaku masyarakat seperti saling menyapa, saling tolong menolong tanpa pamrih,
dan saling berbagi. Akan tetapi biasanya kondisi seperti ini tidak ditemukan
atau jarang dilingkungan masyarakat perkotaan. Faktor lain yang
mempengaruhi kecemasan mahasiswa dari luar kota yaitu perbedaan gaya hidup,
mahasisa yang berasal dari luar kota khusus nya dari daerah perdesaan bisanya tetap menempatkan diri sebagai
masyarakat desa dengan karakter ramah, sopan, dan sederhana. Sementara dalam
perbedaan bahasa biasanya tidak terlalu signifikan walaupun masih ada yang merasa
cemas dan tidak percaya diri dalam perbedaan bahasa ini, menurut saya masalah
bahasa dapat dikatakan masalah yang tidak terlalu berpengaruh besar dalam
kecemasan yang di alami individu dari luar kota hal ini di karenakan bahasa
daerah dalam satu provinsi khusus nya di sumsel tidak terlalu banyak perbedaan,
sehingga individu yang berasal dari daerah tidak terlalu sulit untuk
beradaptasi dengan bahasa, apalagi dalam kota Palembang, banyak individu yang
berasal dari luar kota Palembang yang cepat beradaptasi dalam menggunakan
bahasa Palembang.
Mahasiswa dari luar daerah biasanya mengalami
ketidakpastian dalam berinteraksi dengan lingkungan barunya. Ketidakpastian
merupakan ketidakmampuan seorang untuk memprediksi atau menjelaskan prilaku,
perasaan, sikap, dan nilai-nilai. Sedangkan kecemasan merujuk pada perasaan
gelisah, tegang, khawatir, dan cemas terhadap sesuatu yang akan terjadi.
Ketidakpastian yang dialami ini terjadi akibat individu tersebut tidak memiliki
informasi yang memadai mengenai lingkungan barunya. Ketidakpastian ini biasa
terlihat pada prilaku individu tersebut yang bersifat pasif dan diam dimasa
awal interaksi.
Individu/mahasiswa yang datang dari luar kota untuk
menempuh pendidikan di kota ada yang memang belum pernah tinggal di kota,
selain itu, mereka juga tidak memiliki referensi ataupun informasi mengenai
kondisi, situasi, dan karakteristik lingkungan perkotaan yang akan mereka
tempati.
III.2.2 Pengelolaan Kecemasan dan Ketidakpastian
dalam individu
Pengurangan
ketidakpastian dimungkinkan terjadi ketika individu memiliki motivasi untuk
mengurangi ketidakpastian berdasarkan tiga syarat, yakni insentif,
deviasi/penyimpangan, dan antisipasi terhadap interaksi dimasa depan
(Littlejohn&Foss,2009;977). Pada umumnya individu yang berasal dari luar
kota, telebih mahasiswa memiliki motivasi yang kuat untuk mengurangi
ketidakpastian. Mahasiswa yang berasal dari luar kota biasanya selalu
memberanikan diri untuk mengurangi kecemasan dan ketidakpastiannya dengan cara
selalu memulai interaksi dengan
lingkungannya. Hal ini bisa terjadi jika individu tersebut menyadari bahwa jika
dia tidak berinteraksi dengan lingkungannya yang baru maka individu tersebut
merasa tidak kan bisa mungkin bertahan selama menjalankan hidup di perkotaan.
Mengurangi ketidakpastian dan
kecemasan adalah dengan cara mencari, mengumpulkan, dan mencoba memahami
informasi. Pencarian informasi ini dapat dilakukan dengan tiga strategi atau
cara yaitu, strategi pasif, strategi aktif, dan strategi interaktif. Namun
biasanya individu tersebut banyak menggunakan strategi interaktif ini terlihat
adanya inisiatif untuk menyapa, berkenalan, dan bertanya. Strategi ini banyak
digunakan karena lebih nyaman dan lebih cepat menyesuaikan diri, strategi ini
juga biasa digunakan untuk masuk ke dalam suatu kelompok sosial.
Pada dasarnya, mahasiswa yang
berasal dari luar daerah memiliki kekuatan kepribadian yang cukup besar, hal
ini terlihat dari kepercayaan diri mereka saat memulai interaksi dengan orang
lain yang belum dikenalnya. Keberanian memang menjadi modal dasar dari individu
tersebut karena tanpa keberanian akan sulit bagi individu tersebut untuk
beradaptasi dan bersosialisasi dengan orang-orang sekitarnya yang baru ia
kenal. Menurut saya yang juga berasal dari daerah, seorang individu apalagi
mahasiswa yang berasal dari daerah atau luar kota, atau orang desa akan
cemderung untuk diasingkan, dan akan lebih terasing jika individu tersebut
tidak berani untuk memulai interaksi. Meskipun dengan seribu keterbatasan yang
ia miliki, individu tersebut harus tetap aktif terlebih status nya sebagai
mahasiswa untuk bersosialisasi kepada masyarakat, baik itu di lingkungan baru
nya untuk mensosialisasikan diri ataupun di lingkungan daerah nya saat ia
pulang untuk mensosialisasikan kehidupan di perkotaan, dan ilmu yang ia dapat.
Pengurangan kecemasan dan
ketidakpastian dengan strategi interaktif yang dilakukan oleh individu yang
berasal dari luar kota tersebut menandakan bahwa mahasiswa perantau berasal
dari latar belakang budaya konteks tinggi (high
context culture).
Perbedaan mendasar dari pengelolaan
kecemasan dan ketidakpastian antara individu yang berasal dari budaya konteks
tinggi dan budaya konteks rendah tampak dari tahap awal interraksi. Individu
yang berasal dari konteks budaya tinggi tidak terlalu mempehatikan isi dari
pesan verbal yang disampaikan lawan bicaranya, ia hanya focus pada bagaimana
lawan bicara nya terdebut berinteraksi. Sedangkan individu yang berasal dari
budaya konteks rendah lebih berhati-hati dalam melakukan pendekatan dan
interaksi dengan lawan bicaranya yang berasal dari lingkungan barunya tersebut.
III.3 Konklusi Analisis
Analisis mengenai
kecemasan dan ketidakpastian yang di alami oleh mahasiswa yang berasal dari
daerah dapat di konklusikan dalam table berikut ;
Teori
|
Penerapan
|
Hasil
|
Teori
mengolah kecemasan dan ketidakpastian
|
Mahasiswa/individu
harus menyadari betapa pentingnya interaksi/komunikasi yang harus dia lakukan
kepada lingkungan yang barunya, untuk mencoba belajar, memahami, dan mencoba
beradaptasi pada lingkungannya tersebut
|
Mahasiswa/individu
akan mendapatkan motivasi dan keberanian untuk melakukan interaksi/komunikasi
terlebih dulu kepada lingkungan baru nya
|
Teori
mengolah kecemasan dan ketidakpastian
|
Mahasiswa/individu
harus mempunyai motivasi untuk mengurangi ketidakpastian dan kecemasan dalam
dirinya dengan cara memberanikan diri untuk memulai interaksi dengan
lingkungannya
|
Hal
ini akan menghasilkan respon positif dari lingkugan sekitarnya, karena
individu baru tersebut telah memberikan respon yang baik terhadap
lingkungannya dengan cara mencoba melakukan
penyesuaian diri.
|
Teori
mengolah kecemasan dan ketidakpastian
|
mencari,
mengumpulkan,dan mencoba memahami informasi
mengenai lingkungan baru nya
|
Individu
akan semakin berani dan percaya diri untuk berinteraksi, rasa kecemasan dan ketidakpasianpun
mulai berkurang.
|
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Teori
Komunikasi adalah suatu pandangan dan strategi yang akan membentuk alat dan
rangka kerja untuk sesuatu perkara yang hendak dilaksanakan dalam proses
komunikasi, teori ini akan membentuk kaidah komunikasi yang hendak dibuat.
Teori mengolah kecemasan dan ketidakpastian yaitu pandangan yang digunakan
dalam penyesuaian individu untuk masuk kedalam suatu budaya baru. Mahasiswa
yang berasal dari luar kota biasanya mengalami kecemasan dan ketidakpastian
saat menempati lingkungan yang baru karena perbedaan budaya.
Setiap orang pasti
mengalami kecemasan dan ketidakpastian dalam berkomunikasi, terlebih saat
berkomunikasi dengan orang atau lingkungan yang baru ia kenal.ini disebabkan
oleh perbedaan budaya, tata cara, serta kebiasaan dari lingkungan individu
tersebut dan di tambah dengan minim nya informasi yang kita ketahui. “informasi
sangatlah penting dalam kehidupan sosial kita, karena jika mempunyai sedikit
informasi komunikasi kita akan terganggu dengan rasa kecemasan dan
ketidakpastian”.
Daftar Pustaka
Buku :
Morissan. Teori
Komunikasi ‘individu hingga massa’. Jakarta: Kencana. 2013
Website :
https://id.m.wikipedia.org.wiki/teori_komunikasi (di akses pada 29 Oktober 2015)
www.academia.edu/4576633/TEORI_KOMUNIKASI _ANTARBUDAYA (diakses pada 29 oktober 2015)
https://id.m.wikipedia.org.wiki/kecemasanKetidakpastian
(di akses pada 29 oktober 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar