The Dreamer


counters

Selasa, 18 Agustus 2015


CERITA RAKYAT
PARANG BATUAH DESA TANJUNG BARU BURAI OGAN ILIR
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
DOSEN PENGAJAR  : Dra. Yana Mahdiana  MM



Disusun Oleh    :
Muhammad Yunus
01 14 035

STISIPOL CANDRADIMUKA PALEMBANG
TAHUN 2015


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
                 Negara Indonesia adalah Negara yang beranekaragam kebudayaaan, suku bangsa, dan adat istiadatnya. Dari keanekaragaman ini pula banyak bermunculan cerita-cerita rakyat yang berasal dari wilayahnya masing-masing, hampir setiap tempat atau wilayah di Indonesia mempunyai legenda atau cerita rakyat yang berasal dari kisah-kisah masyarakatnya sendiri pada zaman dahulu.

                 Cerita rakyat adalah cerita yang hidup dan berkembang dikalangan masyarakat yang menceritakan suatu kejadian ataupun kehidupan dalam masyarakat itu sendiri. Pada zaman sekarang cerita rakyat seakan tergerus oleh perkembangan dunia, banyak dari kita seolah tidak ingin tau ataupun mengetahui cerita rakyat daerah kita sendiri, terkadang cerita yang masih meninggalkan bekas atau benda sejarahnya saja kita tidak ingin tau bagaimana asal usul, kejadian, dan cerita sejarahnya. Hal inilah yang mendorong saya untuk membuat karya tulis ini dengan harapan agar kita semua dapat mengtauhi dan menambah wawasan kita mengenai cerita rakyat yang akan saya bahas di tulisan ini dan juga daerahnya.

                 Kali ini saya akan mengangkat sebuah cerita yang berasal dari masyarakat di  salah satu kabupaten di Sumsel, juga salah satu kabupaten yang  dekat dan berbatasan langsung dengan kota Palembang.                                                                                                                                     

                 Ogan Ilir merupakan salah satu kabupaten yang terletak di sumatera selatan, di kecamatan tanjung batu ogan ilir terdapat sebuah cerita masyarakat yang berasal dari sebuah parang besar yang disebut  parang batuah oleh masayarakat sekitar. 

1.2   Rumusan Masalah
         
1.    Apa itu  parang batuah ?
2.    Siapa yang membuat parang batuah ?
3.    Mengapa parang itu bisa dibuat ?
4.    Bagaimana proses dibuatnya parang tersebut ?


1.3  Tujuan

1.    Mengetahui cerita rakyat dari masyarakat tanjung batu ogan ilir
2.    Mengetahui pengetauhan masyarakat mengenai cerita rakyat dari wilayah mereka sendiri.
3.    Mengetahui cerita sejarah dari parang batuah


                                                                          
                                                                           1
BAB II

2.1  Parang Batuah

                 Parang batuah adalah sebuah senjata sejenis parang yang dibuat oleh seorang pandai besi yang berasal dari pulau jawa yang bernama Puyang Sampurayo. Parang ini dibuat untuk memenuhi perintah dari raja Usang Gobang yang iri hati terhadap kesaktian yang dimiliki oleh Puyang Sampurayo.
                
                 Cerita rakyat parang batuah ini berasal dari desa Tanjung Baru Burai, kecamatan indralaya utara, ogan ilir.

2.2 Sejarah Parang Batuah

            Alkisah, pada masa dahulu, di wilayah sekitar Tanjung Batu banyak perampok. Rakyat merasa tidak nyaman dengan ulah para perampok yang kian merajalela, baik siang maupun malam, baik di perairan sungai maupun di daratan. Sampai kemudian datang seorang pandai besi yang konon berasal dari tanah Jawa. Orang yang kemudian dikenal dengan nama Puyang Sampurayo ini ternyata memiliki ilmu kanuragan yang tinggi di samping memiliki keahlian membuat alat-alat pertanian, khususnya senjata tajam (parang/golok).

Menyaksikan keganasan para perampok yang sering mengganggu penduduk itu membuat Puyang Sampurayo geram. Dengan dibantu beberapa penduduk ia pun mencoba melawan para perampok yang datang ke kampung. Sampai akhirnya tak satu pun perampok yang lolos dari cengkramannya. Para perampok yang menyadari kekeliruannya dan menyerah dimaafkan dan bahkan ada yang tinggal di desa tersebut. Sementara mereka yang terus melawan terpaksa juga dilawan dengan kekerasan.

Lama kelamaan para begundal yang tersisa pun ketakutan setelah mendengar  banyak teman-teman seprofesinya yang ditangkap maupun yang mati di tangan Puyang Sampurayo. Akhirnya mereka pun ada yang menyerahkan diri secara baik-baik dan ada pula yang justru menjauh menghindari desa sekitar itu.

Kabar tentang kegagahberanian Puyang Sampurayo cepat menyebar ke mana-mana. Bahkan sampai pula ke telinga penguasa di daerah itu, yaitu Raja Usang Gobang. Usang Gobang merasa iri mendengar kabar kesaktian Puyang Sampurayo. Terlebih rakyat pun sangat banyak yang simpatik terhadap budi baik Puyang dari tanah Jawa itu. Karena di samping ia memiliki ilmu beladiri yang hebat, Puyang juga dikenal sebagai orang yang rendah diri dan suka menolong. 

Di sisi lain, sebenarnya rakyat sendiri banyak yang kurang simpatik dengan Raja Usang Gobang. Sebab ia dikenal rakyat sebagai raja yang sombong dan congkak. Bahkan sering berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat.


                                                                          2

                                                                                                                                    3


Karena sikap rakyat yang banyak simpatik terhadap Puyang Sampurayo inilah Raja Usang Gobang merasa cemburu dan iri. Ia tidak rela diperlakukan seperti itu oleh rakyatnya. Maka ia pun memutuskan utntuk membuat suatu perhitungan terhadap Puyang Sampurayo. Dibuatnya rencana khusus untuk menjebak atau melenyapkan Sang Puyang.

Suatu hari Raja Usang Gobang memerintahkan beberapa orang pasukannya pergi ke rumah Puyang Sampurayo. Ia akan memerintahkan Puyang membuat sebuah parang bertuah yang diperkirakan tidak akan mampu dibuat oleh Mpu pandai besi itu.
 “Sampaikan kepada Puyang Sampurayo bahwa aku minta dibuatkan sebuah parang sakti dalam satu minggu ini. Beritahukan sama dia, bahwa sebagai bukti kesaktian parang itu, parang itu tidak akan mampu diangkat oleh tujuh orang yang berilmu tinggi sekalipun, selain olehku.” perintah Usang Gobang dengan nada tinggi. Ia yakin, Puyang Sampurayo tidak akan mampu memenuhi permintaannya itu. “Baik, Paduka Raja. Apa ada perintah lain, Paduka?” Tanya seorang prajurit yang hendak diutus. “Kalau dia tidak sanggup, maka kepalanyalah yang akan menjadi taruhannya! Ingat, hanya satu minggu!” tandas Usang Gobang.

Prajurit yang diutus itu pun bergegas undur diri setelah memberi hormat. Ia dan beberapa kawannya langsung menuju ke rumah Puyang Sampurayo. Saat itu, kebetulah Sang Puyang berada di rumahnya. Ia tengah membuat beberapa parang bersama beberapa anak buahnya. Di desa tersebut, parang buatan Puyang sudah sangat dikenal baik mutunya .

Setelah dipersilakan masuk ke dalam rumah oleh Puyang Sampurayo, prajurit itu pun menyampaikan maksud kedatangannya seperti halnya yang diperintahkan Raja Usang Gobang. “Maaf Puyang, kami hanya menyampaikan perintah!” ucap seorang prajurit setelah ia menyampaikan pesan rajanya. “Aku maklum dengan kalian. Tapi rasanya, permintaan Raja Usang Gobang itu berat sekali. Sedangkan untuk membuat parang biasa saja kami memerlukan waktu beberapa hari.” ucap Puyang Sampurayo mencoba tenang. Tetapi walau bagaimanapun, ia tidak bisa menolak permintaan Raja Usang Gobang. Sebab alternatifnya, kepalanyalah yang akan jadi taruhan! “Sampaikan pada Paduka, aku akan berusaha semampuku.” lanjut Puyang kemudian.

Setelah mendengar keputusan Puyang Sampurayo, para prajurit itu pun kembali ke istana. Mereka akan mengabarkan kepada rajanya apa-apa yang telah disampaikan pandai besi yang dikenal sakti itu. “Puyang Sampurayo menyanggupinya, Paduka, meski kelihatannya beliau sangat berat hati.” lapor seorang prajurit. “Bagus. Kalau begitu, kita tunggu saja dalam seminggu ini. Pas pada hari ketujuh aku akan datang mengambilnya, atau pandai besi itu disuruh menyerahkan kepalanya!” Raja usang Gobang tersenyum puas. Ia yakin, Puyang Sampurayo tidak akan berhasil membuat parang sakti seperti yang dikehendakinya.



                                                                                                                                    4


Sementara itu, di rumahnya, Puyang Sampurayo berpikir keras untuk memenuhi permintaan Raja Usang Gobang. Ia merasa tidak mengerti dan sangat bingung untuk memenuhi permintaan Usang Gobang yang dirasakan aneh dan mengada-ada itu.
Sebagai orang yang sudah sarat dengan pengalaman, Puyang Sampurayo bermenung sejenak sambil memohon pada Allah SWT agar diberi petunjuk. Akhirnya, setelah lama berpikir, ia mendapat akal untuk membuat sebuah parang yang berat dan besar. Parang itu akan dibuatnya dari besi seberat dua pikul (dua kuintal).

Mulai hari itu juga, dibantu beberapa anak buahnya, Puyang Sampurayo segera mencairkan segala besi yang ada. Pesanan dari penduduk pun terpaksa ia hentikan.
Kabar permintaan Usang Gobang terhadap Puyang segera tersiar ke seluruh masyarakat. Mereka banyak yang prihatin, namun tidak bisa membantu secara langsung. Mereka hanya bisa berdoa agar Sang Puyang dapat memenuhi permintaan dari raja mereka yang dikenal congkak itu.

Setiap hari, siang dan malam, Puyang Sampurayo terus bekerja untuk membuat parang tersebut. Tidak lupa ia pun berdoa kepada Sang Maha Pencipta agar parang itu pun diberi tuah. Hingga pada akhirnya sampailah hari ketujuh seperti yang dijanjikan. Usang Gobang, yang tentu saja bersama para prajuritnya, akan datang mengambil parang itu atau kepalanyalah yang akan dipenggal Sang Raja.

Sepanjang jalan, Usang Gobang selalu tersenyum dan tertawa penuh kemenangan. Ia mengira Puyang Sampurayo tidak bisa melaksanakan perintahnya untuk membuat sebuah parang sakti yang tidak bisa diangkat oleh tujuh orang prajurit. Ia sengaja datang pagi-pagi untuk membuat kejutan. Atau setidaknya, ia meyakini bahwa pagi itu parang yang dipesan pasti belum jadi.

Setelah tiba di rumah Puyang Sampurayo, Raja Usang Gobang tercengang melihat parang panjang dan besar yang sudah disiapkan, terpasang melintang pada beberapa cagak kayu. Ia melihat parang itu sudah jadi dan tampak sempurna.

“Maaf Paduka Raja, sebenarnya parang ini belum sempurna benar. Hamba baru selesai menyepuhnya sehingga parang ini masih sangat panas.” ucap Puyang Sampurayo. Raja Usang Gobang tidak menyahut. Ia langsung memerintahkan kepada tujuh anak buahnya untuk mengangkat parang tersebut sebagai uji coba. Namun ternyata ketujuh anak buahnya tak mampu mengangkat parang sakti yang berat dan sangat panas itu. Tangan dan pundak mereka melepuh. Mereka menjerit kesakitan.

Darah Usang Gobang mendesir. Ternyata dugaannya meleset jauh. Hatinya mengumpat dan mencaci maki Puyang Sampurayo. Meski ia sangat marah namun ia mencoba menahannya. Dengan kesombongannya ia menyuruh anak buahnya menyingkir.  Usang Gobang mendekat untuk mengangkat parang tersebut. “Enyahlah kalian! Mengangkat parang seperti ini saja kalian tidak mampu!” hardik Usang Gobang.


                                                                                                                                    5


Sebenanrnya Usang Gobang pun sangat menyadari bahwa parang tersebut berat dan panas. Ia mulai ragu, jangan-jangan ilmu yang dimilikinya pun tidak akan mampu untuk mengangkat parang tersebut. Tetapi karena rasa gengsinya dan amarahnya sudah meluap, ia tetap maju untuk mengangkat parang tersebut.

Begitu sudah di dekat parang, Usang Gobang membaca beberapa mantra. Lalu kedua tangannya menyentuh parang itu untuk diangkat. Ia tersenyum sejenak karena mantranya dianggap ampuh. Namun sesaat kemudian bibirnya mulai meringis, matanya mulai merah dan berair. Demikian juga keringat di keningnya mulai berjatuhan. Ia sungguh tak menyangka bahwa parang tersebut memang demikian panas dan berat. Namun ia tetap memaksakan diri. Kedua tangannya mulai melepuh dan terbakar. Ia terus mencoba menyangga dengan pundaknya. Pundaknya itu pun melepuh dan terbakar. Namun Raja yang sombong itu tampaknya tidak mau menyerah. Ia merasa malu kalau harus menyerah begitu saja. Akhirnya Raja Usang Gobang mati dengan tubuhnya yang hangus, terbakar oleh hawa panas parang bertuah buatan Puyang sampurayo.

Sampai sekarang kuburan Puyang Sampurayo masih ada di Desa Tanjung Baru Burai, Kecamatan Indralaya Utara. Kuburan tersebut dikeramatkan warga sekitarnya. Sampai sekarang pula, di wilayah tersebut masyarakat Tanjung Batu banyak yang menjadi pandai besi.
  
                                                                                                                        6

BAB III
KESIMPULAN

                            Berdasarkan cerita di atas dapat disimpulkan bahwa kita harus memiliki
 Sifat  yang rendah hati dan bijaksana seperti Puyang Sampurayo Karena dengan kita memiliki sifat seperti itu kita dapat di sukai banyak orang dan juga dapat membuat orang-orang baik dengan  kita. Sebaliknya  jika kita memiliki sifat yang congkak dan iri kepada orang lain. Maka kita akan dijauhi oleh orang-orang yang ada di sekeliling kita dan dibenci banyak orang. Maka dari itu marilah kita tanamkan sifat rendah hati dan bijaksana kepada diri kita sendiri agar orang-orang pun dapat mencontohkan sifat yang demikian kita tanamkan di dalam diri kita.

                            Dari simpulan diatas dapat dilihat bahwa pentingnya kita mengetahui cerita rakyat karna didalam nya terdapat budaya, prilaku baik, serta hal positif yang dapat kita ambil dari alur cerita tersebut.
                                                                           
                                                                                                                                                      7




DAFTAR PUSTAKA



                                                                             Yunus, Muhammad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar