CERITA
RAKYAT
PARANG
BATUAH DESA TANJUNG BARU BURAI OGAN ILIR
MATA
KULIAH BAHASA INDONESIA
DOSEN
PENGAJAR : Dra. Yana Mahdiana MM
Disusun
Oleh :
Muhammad
Yunus
01
14 035
STISIPOL
CANDRADIMUKA PALEMBANG
TAHUN
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia
adalah Negara yang beranekaragam kebudayaaan, suku bangsa, dan adat
istiadatnya. Dari keanekaragaman ini pula banyak bermunculan cerita-cerita
rakyat yang berasal dari wilayahnya masing-masing, hampir setiap tempat atau
wilayah di Indonesia mempunyai legenda atau cerita rakyat yang berasal dari
kisah-kisah masyarakatnya sendiri pada zaman dahulu.
Cerita rakyat adalah cerita
yang hidup dan berkembang dikalangan masyarakat yang menceritakan suatu
kejadian ataupun kehidupan dalam masyarakat itu sendiri. Pada zaman sekarang
cerita rakyat seakan tergerus oleh perkembangan dunia, banyak dari kita seolah
tidak ingin tau ataupun mengetahui cerita rakyat daerah kita sendiri, terkadang
cerita yang masih meninggalkan bekas atau benda sejarahnya saja kita tidak
ingin tau bagaimana asal usul, kejadian, dan cerita sejarahnya. Hal inilah yang
mendorong saya untuk membuat karya tulis ini dengan harapan agar kita semua
dapat mengtauhi dan menambah wawasan kita mengenai cerita rakyat yang akan saya
bahas di tulisan ini dan juga daerahnya.
Kali ini saya akan mengangkat
sebuah cerita yang berasal dari masyarakat di salah satu kabupaten di Sumsel, juga salah
satu kabupaten yang dekat dan berbatasan
langsung dengan kota Palembang.
Ogan Ilir merupakan salah satu
kabupaten yang terletak di sumatera selatan, di kecamatan tanjung batu ogan
ilir terdapat sebuah cerita masyarakat yang berasal dari sebuah parang besar
yang disebut parang batuah oleh
masayarakat sekitar.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
itu parang batuah ?
2.
Siapa
yang membuat parang batuah ?
3.
Mengapa
parang itu bisa dibuat ?
4.
Bagaimana
proses dibuatnya parang tersebut ?
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui
cerita rakyat dari masyarakat tanjung batu ogan ilir
2.
Mengetahui
pengetauhan masyarakat mengenai cerita rakyat dari wilayah mereka sendiri.
3.
Mengetahui
cerita sejarah dari parang batuah
1
BAB II
2.1 Parang Batuah
Parang batuah adalah
sebuah senjata sejenis parang yang dibuat oleh seorang pandai besi yang berasal
dari pulau jawa yang bernama Puyang Sampurayo. Parang ini dibuat untuk memenuhi
perintah dari raja Usang Gobang yang iri hati terhadap kesaktian yang dimiliki
oleh Puyang Sampurayo.
Cerita rakyat parang batuah ini
berasal dari desa Tanjung Baru Burai, kecamatan indralaya utara, ogan ilir.
2.2
Sejarah Parang Batuah
Alkisah, pada masa dahulu, di wilayah sekitar Tanjung Batu
banyak perampok. Rakyat merasa tidak nyaman dengan ulah para perampok yang kian
merajalela, baik siang maupun malam, baik di perairan sungai maupun di daratan.
Sampai kemudian datang seorang pandai besi yang konon berasal dari tanah Jawa.
Orang yang kemudian dikenal dengan nama Puyang Sampurayo ini ternyata memiliki ilmu kanuragan yang
tinggi di samping memiliki keahlian membuat alat-alat pertanian, khususnya
senjata tajam (parang/golok).
Menyaksikan keganasan para perampok yang
sering mengganggu penduduk itu membuat Puyang Sampurayo geram. Dengan dibantu
beberapa penduduk ia pun mencoba melawan para perampok yang datang ke kampung.
Sampai akhirnya tak satu pun perampok yang lolos dari cengkramannya. Para
perampok yang menyadari kekeliruannya dan menyerah dimaafkan dan bahkan ada
yang tinggal di desa tersebut. Sementara mereka yang terus melawan terpaksa
juga dilawan dengan kekerasan.
Lama kelamaan para begundal yang tersisa pun
ketakutan setelah mendengar banyak teman-teman seprofesinya yang
ditangkap maupun yang mati di tangan Puyang Sampurayo. Akhirnya mereka pun ada yang menyerahkan diri secara
baik-baik dan ada pula yang justru menjauh menghindari desa sekitar itu.
Kabar tentang kegagahberanian Puyang Sampurayo
cepat menyebar ke mana-mana. Bahkan sampai pula ke telinga penguasa di daerah
itu, yaitu Raja Usang Gobang.
Usang Gobang merasa iri mendengar kabar kesaktian Puyang Sampurayo. Terlebih rakyat pun sangat banyak yang simpatik
terhadap budi baik Puyang dari tanah Jawa itu. Karena di samping ia memiliki
ilmu beladiri yang hebat, Puyang juga dikenal sebagai orang yang rendah diri
dan suka menolong.
Di sisi lain, sebenarnya rakyat sendiri banyak
yang kurang simpatik dengan Raja
Usang Gobang. Sebab ia dikenal rakyat sebagai raja yang sombong dan
congkak. Bahkan sering berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat.
2
3
Karena sikap rakyat yang banyak simpatik
terhadap Puyang Sampurayo inilah Raja Usang Gobang merasa cemburu dan iri. Ia
tidak rela diperlakukan seperti itu oleh rakyatnya. Maka ia pun memutuskan
utntuk membuat suatu perhitungan terhadap Puyang Sampurayo. Dibuatnya rencana
khusus untuk menjebak atau melenyapkan Sang Puyang.
Suatu hari Raja Usang Gobang memerintahkan
beberapa orang pasukannya pergi ke rumah Puyang Sampurayo. Ia akan
memerintahkan Puyang membuat sebuah parang bertuah yang diperkirakan tidak akan
mampu dibuat oleh Mpu pandai besi itu.
“Sampaikan kepada
Puyang Sampurayo bahwa aku minta dibuatkan sebuah parang sakti dalam satu
minggu ini. Beritahukan sama dia, bahwa sebagai bukti kesaktian parang itu,
parang itu tidak akan mampu diangkat oleh tujuh orang yang berilmu tinggi
sekalipun, selain olehku.” perintah Usang Gobang dengan nada tinggi. Ia yakin,
Puyang Sampurayo tidak akan mampu memenuhi permintaannya itu. “Baik, Paduka Raja. Apa ada perintah lain, Paduka?” Tanya
seorang prajurit yang hendak diutus. “Kalau
dia tidak sanggup, maka kepalanyalah yang akan menjadi taruhannya! Ingat, hanya
satu minggu!” tandas Usang Gobang.
Prajurit yang diutus itu pun bergegas undur
diri setelah memberi hormat. Ia dan beberapa kawannya langsung menuju ke rumah
Puyang Sampurayo. Saat itu, kebetulah Sang Puyang berada di rumahnya. Ia tengah
membuat beberapa parang bersama beberapa anak buahnya. Di desa tersebut, parang
buatan Puyang sudah sangat dikenal baik mutunya .
Setelah dipersilakan masuk ke dalam rumah oleh
Puyang Sampurayo, prajurit itu pun menyampaikan maksud kedatangannya seperti
halnya yang diperintahkan Raja Usang Gobang. “Maaf Puyang, kami hanya menyampaikan perintah!” ucap
seorang prajurit setelah ia menyampaikan pesan rajanya. “Aku maklum dengan kalian. Tapi rasanya, permintaan Raja
Usang Gobang itu berat sekali. Sedangkan untuk membuat parang biasa saja kami
memerlukan waktu beberapa hari.” ucap Puyang Sampurayo mencoba tenang. Tetapi
walau bagaimanapun, ia tidak bisa menolak permintaan Raja Usang Gobang. Sebab
alternatifnya, kepalanyalah yang akan jadi taruhan! “Sampaikan pada Paduka, aku
akan berusaha semampuku.” lanjut Puyang kemudian.
Setelah mendengar keputusan Puyang Sampurayo,
para prajurit itu pun kembali ke istana. Mereka akan mengabarkan kepada rajanya
apa-apa yang telah disampaikan pandai besi yang dikenal sakti itu. “Puyang Sampurayo
menyanggupinya, Paduka, meski kelihatannya beliau sangat berat hati.” lapor
seorang prajurit. “Bagus. Kalau begitu, kita
tunggu saja dalam seminggu ini. Pas pada hari ketujuh aku akan datang
mengambilnya, atau pandai besi itu disuruh menyerahkan kepalanya!” Raja usang
Gobang tersenyum puas. Ia yakin, Puyang Sampurayo tidak akan berhasil membuat
parang sakti seperti yang dikehendakinya.
4
Sementara itu, di rumahnya, Puyang Sampurayo
berpikir keras untuk memenuhi permintaan Raja Usang Gobang. Ia merasa tidak
mengerti dan sangat bingung untuk memenuhi permintaan Usang Gobang yang
dirasakan aneh dan mengada-ada itu.
Sebagai orang yang sudah sarat dengan
pengalaman, Puyang Sampurayo bermenung sejenak sambil memohon pada Allah SWT
agar diberi petunjuk. Akhirnya, setelah lama berpikir, ia mendapat akal untuk membuat sebuah parang
yang berat dan besar. Parang itu akan dibuatnya dari besi seberat dua pikul
(dua kuintal).
Mulai hari itu juga, dibantu beberapa anak
buahnya, Puyang Sampurayo segera mencairkan segala besi yang ada. Pesanan dari
penduduk pun terpaksa ia hentikan.
Kabar permintaan Usang Gobang terhadap Puyang segera tersiar ke
seluruh masyarakat. Mereka banyak yang prihatin, namun tidak bisa membantu
secara langsung. Mereka hanya bisa berdoa agar Sang Puyang dapat memenuhi
permintaan dari raja mereka yang dikenal congkak itu.
Setiap hari, siang dan malam, Puyang Sampurayo
terus bekerja untuk membuat parang tersebut. Tidak lupa ia pun berdoa kepada
Sang Maha Pencipta agar parang itu pun diberi tuah. Hingga pada akhirnya
sampailah hari ketujuh seperti yang dijanjikan. Usang Gobang, yang tentu saja
bersama para prajuritnya, akan datang mengambil parang itu atau kepalanyalah
yang akan dipenggal Sang Raja.
Sepanjang jalan, Usang Gobang selalu tersenyum
dan tertawa penuh kemenangan. Ia mengira Puyang Sampurayo tidak bisa melaksanakan
perintahnya untuk membuat sebuah parang sakti yang tidak bisa diangkat oleh
tujuh orang prajurit. Ia sengaja datang pagi-pagi untuk membuat kejutan. Atau
setidaknya, ia meyakini bahwa pagi itu parang yang dipesan pasti belum jadi.
Setelah tiba di rumah Puyang Sampurayo, Raja
Usang Gobang tercengang melihat parang panjang dan besar yang sudah disiapkan,
terpasang melintang pada beberapa cagak kayu. Ia melihat parang itu sudah jadi
dan tampak sempurna.
“Maaf Paduka Raja, sebenarnya parang ini belum
sempurna benar. Hamba baru selesai menyepuhnya sehingga parang ini masih sangat
panas.” ucap Puyang Sampurayo. Raja Usang Gobang tidak menyahut. Ia langsung
memerintahkan kepada tujuh anak buahnya untuk mengangkat parang tersebut
sebagai uji coba. Namun ternyata ketujuh anak buahnya tak mampu mengangkat
parang sakti yang berat dan sangat panas itu. Tangan dan pundak mereka melepuh.
Mereka menjerit kesakitan.
Darah Usang Gobang mendesir. Ternyata
dugaannya meleset jauh. Hatinya mengumpat dan mencaci maki Puyang Sampurayo.
Meski ia sangat marah namun ia mencoba menahannya. Dengan kesombongannya ia
menyuruh anak buahnya menyingkir. Usang Gobang mendekat untuk mengangkat
parang tersebut. “Enyahlah
kalian! Mengangkat parang seperti ini saja kalian tidak mampu!” hardik Usang
Gobang.
5
Sebenanrnya Usang Gobang pun sangat menyadari
bahwa parang tersebut berat dan panas. Ia mulai ragu, jangan-jangan ilmu yang
dimilikinya pun tidak akan mampu untuk mengangkat parang tersebut. Tetapi
karena rasa gengsinya dan amarahnya sudah meluap, ia tetap maju untuk
mengangkat parang tersebut.
Begitu sudah di dekat parang, Usang Gobang
membaca beberapa mantra. Lalu kedua tangannya menyentuh parang itu untuk
diangkat. Ia tersenyum sejenak karena mantranya dianggap ampuh. Namun sesaat
kemudian bibirnya mulai meringis, matanya mulai merah dan berair. Demikian juga
keringat di keningnya mulai berjatuhan. Ia sungguh tak menyangka bahwa parang
tersebut memang demikian panas dan berat. Namun ia tetap memaksakan diri. Kedua
tangannya mulai melepuh dan terbakar. Ia terus mencoba menyangga dengan
pundaknya. Pundaknya itu pun melepuh dan terbakar. Namun Raja yang sombong itu
tampaknya tidak mau menyerah. Ia merasa malu kalau harus menyerah begitu saja.
Akhirnya Raja Usang Gobang mati dengan tubuhnya yang hangus, terbakar oleh hawa
panas parang bertuah buatan Puyang sampurayo.
Sampai sekarang kuburan Puyang Sampurayo masih
ada di Desa Tanjung Baru Burai, Kecamatan Indralaya Utara. Kuburan tersebut
dikeramatkan warga sekitarnya. Sampai sekarang pula, di wilayah tersebut
masyarakat Tanjung Batu banyak yang menjadi pandai besi.
6
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan cerita di atas dapat disimpulkan
bahwa kita harus memiliki
Sifat yang rendah hati dan bijaksana seperti Puyang
Sampurayo Karena dengan kita memiliki sifat seperti itu kita dapat di sukai
banyak orang dan juga dapat membuat orang-orang baik dengan kita. Sebaliknya jika kita memiliki sifat yang congkak dan iri
kepada orang lain. Maka kita akan dijauhi oleh orang-orang yang ada di
sekeliling kita dan dibenci banyak orang. Maka dari itu marilah kita tanamkan
sifat rendah hati dan bijaksana kepada diri kita sendiri agar orang-orang pun
dapat mencontohkan sifat yang demikian kita tanamkan di dalam diri kita.
Dari simpulan diatas
dapat dilihat bahwa pentingnya kita mengetahui cerita rakyat karna didalam nya
terdapat budaya, prilaku baik, serta hal positif yang dapat kita ambil dari
alur cerita tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Yunus, Muhammad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar